i learn to fly higher than ever

Saturday, January 3, 2015

THAB – TEKNIK HIDUP ALAM BEBAS

source: google.com

Terhitung sudah ini merupakan lapangan ke 10 bagi diriku dan teman-teman MPCA dan bisa dikatakan lapangan terakhir sebelum karantina dan slk. Lapangan thab, teknik bertahan hidup alam bebas yah dalam lapangan ini semua kemampuan kami dari survival hingga PPGD di asa kembali untuk menopang kelayakan kami untuk menjadi seorang pencinta alam.

Tepat tanggal 22 desember 2014 kurang lebih jam 14.00 sudah berada di lapangan alhur dengan sebagian teman lainnya membagi jatah logistik untuk lapangan 4-5 hari kedepan. Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh senior 14.30 kami sudah berbaris berkumpul seiring dengan ketua yang sudah melapor ke sekret. Seperti biasa kami melakukan cek pjm dengan langit mendung yang sudah bisa ditebak bahwa hujan bisa turun kapan saja. Setengah jalan kami memeriksa pjm kami, kami diinstruksikan untuk beribadah karena azan ashar juga telah berkumandang. Beberapa teman kami tinggal di tempat untuk menjaga barang-barang kami. Usain kami melaksanakan solat hujan pun benar turun dengan derasnya dengan barang-barang kami masih berserakan di depan lapangan tenis. Seketika aku dan yang berlari menyelamatkan barang-barang kami ketempat kering dan terlindung akan hujan. Kami masih menunggu teman-teman lain yang belum selesai solat. Dan
akhirnya datang lah combros dengan kaki telanjang tak beralas hingga saat ketika itu kaka senior menanyakan kemana sepatunya dan ia menjawab hilang miris memang sepatu yang sangat baru ia beli hilang namun apa dikata siapa yang tau musibah akan datang. Kami kembali mengecek pjm kembali mencari barang-barang kami yang telah terpencar dimana-mana. Masih ada saja  pjm kami yang tak lengkap, kaka senior memberi kami waktu untuk melengkapi pjm kami dan mencari sepatu untuk combros pula. Cepi, tukai dan ciba yang berangkat mencari. Usai itu kami kembali diinstruksikan untuk mengambil baju ganti lebih untuk lapangan kali ini, aku rudon dan yabuy yang mengambilnya dan kami bergegas kembali ke sekret. Hingga waktunya untuk berangkat lapangan. Kembali kendala datang saat ternyata orang tua cirit tak mengizinkannya untuk ikut lapangan. Cirit pun kembali tak ikut lapangan kali ini. Jam 19.00 kami menaiki angkot dan siap melaju menuju desa tapos. Kami tiba disana dan langsung melakukan pemanasan seperti biasa. Setelah itu kami semua menuju kadalmateng dengan bayuran rintik hujan untuk bermalam disana. Kami berkumpul dalam satu bivak bersama dalam satu kehangatan yang sama. 
Esok hari tanggal 23 desember 2014 kami sudah bersiap jam 6.00 berbaris di posisi kami. Kami di instruksikan untuk melakukan orientasi medan dengan peta, kompas, protaktor dan tanda-tanda alam lainnya. Setelah mengetahui posisi keberadaan kami dimana, kami MPCA diinstruksikan untuk dibagi menjadi 2 tim. Tim 1 sebagai pembuka jalur dan tim 2 yang mengikuti. Sebelum berangkat air minum kami dibuang, kami hanya diberi 12L air untuk 5 hari.
Setelah semua persiapan siap tim 1 berangkat terlebih dulu tanpa membawa logistik. Aku sebagai tim 2 dan beberapa teman lainnya menunggu sekitar setengah jam sambil membuat lagu dan terciptalah 2 lagu baru. Setelah itu kami berangkat dengan menyanyikan lagu baru kami sambil mengikuti tanda bacok di pohon dan ranting yang telah dibuat tim 1. Perjalanan cukup kondusif di 30 menit pertama. Hingga akhirnya kami berhasil berpapasan dengan tim 1. Tim 1 yang melakukan ormed cukup kesulitan karena medan yang dilalui cukup curam dan menajak serta licin. Disini aku merasa kerjasama dan kepercayaan diantara kami benar-benar diuji. Dikarenakan medan memaksa kami tim 1 dan tim 2 saling bahu membahu. Kami tim 2 sempat beberapa kali beristirahat menunggu tim 1 melakukan ormed dan membuka jalur. Hingga akhirnya kami sampai diketinggian 1600 mdpl target kami saat itu bertapa senangnya kami tak perduli akan lelah yang telah berlalu. Awalnya kami sempat mengira bahwa itu adalah puncak 3 karena disana ditemukan plang puncak 3 gn salak. Disusil dengan kakak senior yang tiba di lokasi. Kami bermalam disana sambil melakukan latihan suvival. Partner suvival ku adalah tukai. Malam berlalu cukup baik dengan api yang terus menyalah mengalahkan dinginnya gelap malam saat itu.
Paginya tanggal 24 desember 2014 kami kembali berbaris sudah siap usai makan bersama dengan kehangatan yang lebih hangat setelah malam tadi melakukan latihan survival. Hari ini kami akan melanjutkan perjalan menuju puncak 1 gn salak target utama kami. Kakak senior merombak tim 1 dan tim 2. Terpilihlah aku sebagai ketua tim 1 yang beranggotakan gowes, cepi, wong wai, upi, oleng, yabui, roden, cedong dan cekoa. Yah aku sempat bingung karena 9 wanita dan hanya satu pria. Sebelum melakukan perjalanan aku sempat ga pede untuk memimpin tapi aku disini aku sadar bahwa teman-teman ku telah memberikan ku kepercayaan. Setelah menentukan titik kordinat dan melakukan ormed dibantu oleh tim 2. Kami, tim 1 memulai perjalanan melalui jalan setapak dengan sisi kanan kami yaitu jurang ciapus. Kami melalui jalur yang cukup curam dan patokan kami adalah jurang ciapus. Kami tim 1 bekerjasama melakukan ormed di jalur-jalur bercabang dan hingga akhirnya kami sampai di ketinggian 1820 mdpl di sebuah patok yang sebelumnya kami di instruksikan untuk berhenti di tempat itu. Sambil menunggu tim 2 kami beristrirahat karna sebelumnya kami belum sempat berhenti untuk melepas lelah. Akhirnya tim 2 sampai diiringi dengan kakak senior. Di ketinggian tersebut kami di instruksikan untuk mencari air dari memeras lumut karena persediaan air kami yang benar-benar sedikit. Namun hasil dari lumut tsb tidaklah cukup banyak. Usai itu kakak senior kembali mengistruksikan kami melanjutkan perjalanan ke puncak 1. Kami tidak lagi membawa carrier berat namun kami hanya membawa ponco, senter, baterai cadangan, golok, webbing, 5 jaket, 5 kotak suvival kit dan bahan makanan untuk 2 kali. Kami semua membagi perlengkapan kedalam head carrier kami dan salah satu tim 2 membawa satu carrier untuk membawa bahan makanan. Tim satu kembali berjalan terlebih dahulu. Membuka jalur dan kali ini medannya tak kalah dengan jalur yang telah dilalui. Tidak lama kami berjalan sampailah kami di puncak 4 gn salak. Kami sempat berhentik sekitar 5 menit melihat-lihat sekeliling sambil mencocokan literatur yang kami cari dengan keadaan puncak 4 yang ada peninggalan Belanda yang hanya berupa tembok hancur. Kami melanjutkan perjalanan menuju puncak 3 melalui saddle. Cuaca mulai tidak bersahabat, hujan menemani perjalanan kami. Dengan ketinggian yang semakin tinggi dan udara dingin yang makin terasa memaksa kami untuk terus berjalan menuju puncak 3. Dan akhirnya kami sampai di puncak 3 gn salak dengan hujan yang sudah reda. Tidak lama tim 2 dan kakak senior pun tiba dan mengajak kami berfoto. Usai itu aku dan tim ku memutuskan untuk melanjutkan perjalan menuju puncak 1 gn salak. Di perjalanan hujan kembali turun kali ini lebih besar dan lebih dingin. Posisi ku masih berada di bagian paling depan dan wong wai di paling belakang sebagai penanda jalur. Dengan keadaan basah, haus dan kelelahan membuat kami mencoba meminum rintikan hujan yang turun cukup melepas dahaga kami selama pejalanan. Putus asa mungkin sempat terbesit di kepala ku ketika beberapa kali anggota tim ku mengira-ngira puncak 1 sudah berada di depan mata kami namun tenyata tidak ditambahlah tubuhku yang gemeteran menahan dingin yang membuatku tak fokus. Disusul oleh teriakan ka Hanif dari belakang. Namun saat itu aku kembali sadar bahwa puncak 1 gn salak berada di belakang bukit yang akan kami lalui dengan teriakan teman-teman ku yang saling memberi semangat satu sama lain. Setelah memalui bukit tersebut ka Hanif mengistruksikan agar kami menyanyikan mars MPCA hingga puncak dengan keras sangat membakar semangat kami hingga ke puncak. Hingga saat kami sampai di puncak lelah kami terbalaskan, kami melakukan selebrasi untuk melampirkan rasa bahagia kami dengan berpelukan dengan erat dibawah hujan yang tinggal rintik saja. Teman-teman tim 2 tiba cukup lama dikarenakan enin sempat sesak nafas di perjalanan. Setelah semua berkumpul kami semua di instruksikan untuk memasak dan membuat shelter dari fly sheet yang kakak senior pinjamkan setelah makanan ternyata roden terkena terkena hipotermia dan membuat kami harus bermalam di puncak 1 gn salak dengan keadaan seadanya. Dinginnya malam di puncak 1 sangat terasa dengan baju basah kami dan rintik hujan yang masih saja turun. Kerjasama dan kebersamaan kami diuji kembali disini. Setiap anggota memiliki perannya masing-masing. Setidaknya kami harus terus bergerak untuk membuat badan kami tetap hangat setelah kami semua selesai melaksanakan perannya masing-masing. Aku dan anggota MPCA lainnya tidur dalam satu shelter dengan berhimpit-himpitan yang sedikitnya membantu diri kami satu sama lain merasa lebih hangat.
Hingga pagi pun tiba, tanggal 25 desember 2014 usai memlalui malam yang sangat dingin namun hangat dengan kebersamaan kami. Kami kembali berkemas untuk turun. Cahaya matahari mulai muncul dengan membagi kehangatannya kepada kami. Sebelum turun kami kembali berfoto dengan senyuman pagi bahagia kami. Roden sudah kembali bugar. Aku dan tim ku kembali berangkat terlebih dahulu. Melewati jalur yang sama saat berangkat. Perjalanan kami habisakan sekitar 3 lewat 15 menit melewati target waktu kami yaitu 2 jam 30 menit. Dengan seharusnya kami membayar waktu yang lebih tadi dengan push up sebanyak 45 seri sambil menunggu tim 2 yang kakak senior bilang meraka sempat tersasar di jalan. Setelah kami selesai push up dan tim 2 sampai, kami semua kembali bermalam di ketinggian 1820 mdpl dengan melakukan survival. Kali ini medan yang lebih berat membuat kami harus lebih cekatan dalam setiap kegiatan yang kami lakukan. Aku dan tukai diamanahkan untuk mengkontrol dan membantu teman-teman MPCA lainnya. Aku mencoba mengingat dan memberi tanda di setiap jalur menuju lokasi teman-teman MPCA.
Hingga di jam 2an pagi tanggal 26 desember 2014  tugas mengecek terakhir keadaan teman-teman cukup sulit untuk menuju lokasi shelter teman-teman MPCA satu-persatu dengan kondisi gelap dan lokasi jalur banyak semak-semak berduri yang memaksa aku dan tukai ditemani ka Hanif menerobosnya. Tak ada api yang menyalah disetiap shelter dan sangat berbeda dengan survival sebelumnya yang setiap orang memiliki partner. Entah rata-rata alasannya sama karena pemantik basah dan sebagainya. Diriku pribadi berpikir saat kita bersama teman ada semangat sendiri untuk membuat survival itu berhasil dan saat sendiri benar-benar semangat itu tak muncul barangsedikit. Hingga pagi tiba kami semua kembali berkumpul untuk makan dan berkemas, saat itu kami selipkan tawa dan perbincangan hangat kami setelah semalam saling berpisah. Kembali berbaris siap posisi, dengan kakak senior mengevaluasi kami sebelum kami turun. Saat kami turun kami sempat nyasar sekali dan salah jalur saat ormed dan sempat oleng jatuh kedalam jurang. Sehingga kami menghabiskan banyak waktu ketika turun. Di pertengahan jalan hujan lebat turun membuat medan yang kami lalui menjadi licin dengan waktu yang terus berjalan menjelang sore membuat langit yang sudah mendung semakin menghitam. Sehingga kakak senior menginstruksikan kami untuk berjalan lebih cepat agar tidak kemalaman dijalan turun. Namun cedong yang kakinya lecet parah dan terkena kutu air tidak sanggup untuk berjalan dengan cepat dan juga oleh yang menderita sesak nafas membuat mereka berjalan menyusul kami yang sudah duluan. Sesampai di kadalmateng kami mebuat shelter dan minuman untuk menyambut oleng dan cedong. Setelah mereka sampai aku, cekoa, dan yabui membantu oleng dan cedong mengobati luka mereka. Setelah itu bergabung dengan anggota lain yang sedang evaluasi dengan kakak senior tentang lapangan THAB ini. Banyak hal yang kami pelajari, kami praktikan dan kami lakukan. Baik yang secara spontan maupun tidak seperti saat oleng jatuh ke jurang atau saat enin, cedong atau pun roden sakit. Semua yang memang kami telah pelajari di ulas kembali di lapangan kali ini. Setelah evaluasi kami semua berkemas untuk pulang setelah berkemas kami diinstruksikan untuk mandi di sungai sempat awal aku berpikir pasti akan dingin sekali tapi ternyata tidak. Setelah mandi disungai dan merasa lebih bersih aku dan yang lain juga merasa lebih hangat. Dengan penerangan senter yang seadanya kami semua turun dengan perlahan. Hingga akhirnya kami sampai dibawah tempat menunggu angkot jam 00.00 tanggal 26 desember 2014. Setelah kami mengganti baju kami segera naik ke angkot dan menuju IPB dengan kaki lecet kami sampai di sekret dan sebagian besar dari kami kena kutu air.
Banyak hal-hal kecil namun besar itu yang aku pelajari terutama saat memimpin membuka jalur ke puncak 1 dan yang aku rasakan bersama teman-teman MPCA lainnya di lapangan THAB ini. Menyadari bertapa pentingnya pelajaran yang telah kami lakukan dilapangan-lapangan sebelumnya untuk selalu diingat sebagi perbekalan dasar untuk menjadi pencinta alam. Serta menguatkan keluarga kecil MPCA kami untuk terus bertahan dan berjuang bersama hingga akhir nanti untuk menjadi seorang pencinta alam sejati.



------------------------------------------------TERSA----------------------------------------------

0 comments:

Post a Comment

Search This Blog

Powered by Blogger.

BTemplates.com

This blog belongs to Mutiara C Andani. '96. It filled with university's tasks, some randomness and a bunch of love.

Recent Posts

Pages - Menu

Persyaratan untuk Apply Visa Au Pair Belgia (Visa Type D)

Halo, aku ingin sharing persyaratan apply visa kedubes Belgia. Jadi akhir tahun 2020 aku sempat email kedubes Belgia kurang lebih kaya gin...