Tanggal 13 desember 2014 tepat hari sabtu.
Temanku, beler membangunkan ku yang semalaman terlelap di lapangan tenis
sebelah pkm. Aku dan yang lain memang tidur disana karena pkm semalam dipakai
oleh ukm lain. Tidur ku cukup nyenyak setelah bangun aku dan yang lain langsung
bergegas menuju ke al-hurriyah untuk melaksanakan kewajiban solat subuh. Seusai
solat subuh aku dan beberapa teman ku kembali menuju lapangan tenis dan
teman-teman yang sebelumnya memang sudah ada disana memberi tahu aku yang baru
datang untuk mengambil foto. Yah foto, aku dan yang lain menduga-duga untuk apa
foto? Kami semua kepo gitu dan ada yang nyeletuk katanya untuk kalo kita hilang
bisa dicari pake foto itu. Aku tak tau itu benar atau tidak. Seusai kami semua
berfoto ka Aji datang dan membagi kami menjadi 2 kelompok. Aku, combros, upi,
diyah, tukai, boting, cedong, enin dan cepi berada di mobil putih dan sisanya
dimobil hitam. Sebelum berangkat kami makan biscuit untuk mengganjal perut kami
semua. Tak berapa lama kami di intruksikan untuk masuk kedalam mobil. Di bagian
belakang mobil yang aku naiki ada combros, boting, upi, dan cepi; bagian tengah
ada tukai, diyah, aku, aisyah, dan cedong. Sekitaran jam 6 lewat sedikit kami
berangkat dari sekret.
Kami semua senang lapangan kali ini karena
awalnya kami pikir kami akan pergi ke kota yah kota bukan hutan seperti
biasanya ehehe. Combros, boting, upi dan cepi dari sisi belakang mereka semua
bernyanyi meningikuti lantunan music dari radio. Ka Aji memberi kami 2 lembar
kertas kecil berisikan nomor hp dan menyuruh kami untuk menghafalkannya
sepanjang perjalanan. Tak berapa lama saat kami ingin masuk pintu tol, kami semua
diinstruksikan untuk menutup mata kami dengan syal kami. Kami kebingungan, kami
seperti diculik. Perjalanan yang kami lalui cukup lama karena sepertinya jalan
yang kami lalui macet. Aku sempat melihat jalanan saat diyah turun dari mobil
untuk buang air kecil. Yah, aku mengenal jalan tersebut jalan yang biasanya aku
lalui saat ingin menuju puncak. Jalan tersebut sangat padat dan tak ada
kendaraan yang bisa jalan. Tak lama aku pun terlelap hingga disaat aku tersadar
mobil yang kami naiki dimatikan dan aku merasa kepanasan di dalam mobil. Selang
beberapa waktu akhirnya mobil yang kami naiki jalan. Sempat mobil yang kami
naiki berhenti sebentar karena jendela disisi kiri ku yaitu dekat sisi kiri
cedong tidak bisa ditutup. Setelah itu kami semua melanjutkan perjalanan, aku
kembali tertidur karena tak banyak yang bisa aku lakukan. Hingga disaat mobil
yang kami naiki berhenti di SPBU. Aku pun kembali tersadar dan mendengar suara
yang berasal dari radio yang menyatakan keberadaan ku ada disekitaran puncak-cianjur.
Hingga disaat ka Bergas dan ka Aji menanyakan kami apakah kami ingin buang air
kecil. Jawabannya adalah iya, aku dan teman-teman wanita di dalam mobil itu pun
langsung bergegas keluar dan mencari WC. Di ujung dari WC tersebut ada seorang
pria yang menunggu bayaran dari setiap orang yang menggunakan WC tersebut. Apa
yang bisa kami lakukan, kami sama sekali tak memegang uang se perak pun. Kami
pun memutuskan setelah buang air kecil untuk kabuuuuuur! Hehehe. Pemandangan
disekitaran SPBU tersebut sangat indah terutama di dekat WC tadi ada sungai dan
hamparan sawah-sawah dengan background gunung yang menjulang tinggi.
Setelah itu aku dan yang lain kembali masuk
ke mobil, sebelum masuk kedalam mobil aku sempat melihat mobil angkot dengan
bacaan cipanas-cianjur. Ku catata arah tujuan angkot itu sebagai navigasi ku,
setidaknya aku tau aku berada disekitaran mana. Telah naik kami semua kembali
menutup mata dan melanjutkan perjalan. Aku sempat kembali tertidur lagi
sebentar dan bangun saat mobil berhenti dan saat cedong dan tukai di keluarkan
dari mobil entah apa yang mereka lakukan dan mobil kembali melanjutkan
perjalanan tanpa mereka. Yang ada dibenak ku saat itu aku akan bersama siapa
saat diturunkan. Sedikit takut karena memang aku tidak tau dimana sebenarnya
aku berada. Tidak lama mobil melaju, mobil yang aku naiki berhenti kembali dan
menurunkan enin dan boting. Mobil kembali bergerak dan akhirnya giliran ku
untuk turun. Partner untuk lapanganku kali ini adalah cepi. Saat aku dan cepi
diturunkan ka Aji menyuruh kami untuk mengambil tas dan melepas sepatu kami
kemudian memasukannya kedalam tas. Saat itu ka Aji hanya menahan tawa dan aku
sendiri bingung… ka Aji hanya bilang kepada aku dan cepi untuk mencari uang min
20000 dan besok pagi jam 8 menghubungin nomor hp yang sebelumnya kami hafalkan.
Aku dan cepi ditinggalkan di tepi jalan yang
kami berdua tidak tau dimana itu. Aku awalnya hanya tertawa bingung sambil
berjalan berdua bersama cepi. Tak jauh dari tempat kami diturunkan ada warung
kelontong kecil dan kami memutuskan untuk duduk di warung itu sebentar. Ibu
pemilik warung awalnya menanyakan apa yang sebenarnya kami lakukan dengan kaki
tanpa alas. Kami menceritakan bahwa kami sedang pelatihan mahasiswa baru dan
ibu itu hanya iya iya saja. Padahal aku yakin ia tak mengerti. Saat itu pula
ibu itu menawari kami minuman ale-ale. Yah apa daya kami tak bisa menolak
rezeki yang sudah datang. Kami juga menanyakan daerah apa ini, dimana pusat
kota, dimana tempat yang mudah untuk mencari kerja dan sebagainya. Akhirnya
kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Tak jauh dari warung ibu itu ada
gedung serba guna dan masjid. Di gedung tersebut sedang ada acara pernikahan
yang terbesit dipikiranku dan cepi adalah mencari kerja disana. Entah
menbantu-bantu apa asalkan bisa menghasilkan uang. Sebelum kami ke gedung
tersebut kami mampir dulu ke masjid di depan gedung tersebut untuk solat zuhur.
Setelah solat kami langsung menuju area gedung tersebut namum ragu dan bingung
dan akhirnya kami berdua memutuskan untuk tidak mencari pekerjaan disana.
Kami kembali berjalan menuju arah pusat kota.
Sambil berpikir apa yang harus kami berdua lakukan. Cara paling gampang
terbesit dibenakku adalah mengamen. Tapi apalah daya ku aku tak handal dalam
hal itu begitu pula cepi. Kami terus berjalan hingga perempatan by pass. Kami
mengambil arah lurus terus dari hypermart melewati kantor samsat cianjur. Kami
masuk kepemukiman warga dengan niat awal menawarkan jasa bersih-bersih tapi
dalam hatiku cukup sulit untuk seseorang mempercayai dan memperkejakan kami. Kami
menghampirin warung-warung sepanjang jalan, tempat car wash, dan sebagainya
namun hasilnya nihil. Kami memutuskan untuk kembali ke arah by pass. Kami
kembali mampir ke semua warung di sepanjang jalan yang kami lalui dan tetap
hasilnya nihil. Cepi sempat putus asa dan duduk di pinggiran trotoar. Aku
sempat bingung karena dengan telanjang kaki saja sudah membuat kami menjadi
tontonan orang-orang disekitar kami. Aku memaksa cepi dan melanjutkan
perjalanan untuk mencari pekerjaan. Hingga disaat kami berdua menghampiri
sebuah toko bangunan dengan penjaga took
yang super cantik dan seksi ya memang benar aku sempat bingung awalnya namun
itu bukan urusan ku. Kami tetap menanyakan untuk dapat bekerja disana namun ia
menolak kami mentah-mentah. Pengunjung toko saat itu memperhatikan kami dan
melihat kami berdua diam. Kami memutuskan untuk pergi dari tempat tersebut dan
kembali berusaha mencari pekerjaan. Tak lama ada seorang bapak-bapak yang
mengejar kami dan menawarkan kami pekerjaan jangka lama. Bapak itu adalah
pengunjung toko bangunan tadi. Namun sayang pekerjaan yang ia tawarkan tidak
sesuai dengan yang kami butuhkan. Kemudian kami kembali berjalan dan tak lama
bapak itu kembali mengejar kami dibonceng oleh sepeda motor dan menawarkan kami
sekali lagi tentang bekerja di warung nasi adik dan warung kopi ibunya. Saat
itu perasaan ku sangat bahagia tak karuan, boleh dikatakan lebay tapi aku
serius sangat senang rasanya ada seseorang yang baru kami temui dan menawarkan
kebaikan. Bapak itu memberi tahu alamat warung nasi adiknya yang tidak jauh
dari tempat kami berada saat itu. Kami pergi ke warung nasi tersebut menyusul
bapak tersebut yang telah pergi duluan setelah sampai di dekat hypermart kami
sedikit bingung dimana lokasi warung tersebut. Kemudian adik bungsu yang
membonceng bapak tersebut menghampiri kami dan menujukan kami warung nasinya.
Sesampainya kami di warung nasi tersebut kami
disuguhi air teh hangat sambil menunggu pak rahmat yah itu nama bapak-bapak
asing itu. Tak lama bapak itu menghampiri aku dan cepi dan menyuruh kami
mengikutinya menuju rumah adik perempuannya melalui gang kecil yang
mengingatkan ku dengan gang-gang yang ada di bara hehe. Kami menuju rumah bu
ida yah itu nama wanita yang sudah menyambut kami dengan ramahnya. Rumah
sederhana yang memiliki warung nasi kecil di depan rumahnya, kami masuk melalui
pintu belakang sekalian mencuci kaki kami yang kotor. Bu ida langsung
menanyakan kenapa kami bertelanjang kaki. Aku dan cepi hanya tersenyum bingung
ingin menjawab apa. Dengan bingungnya kami berdua ibu ida dan pak rahmat
langsung menawarkan kami makan. Benar makanan memang yang kami butuhkan.
Terlebih lagi cepi yang sejak jalan mencari kerja sudah mengeluh merasa lemas
karena belum makan nasi dari pagi. Makannya sederhana namun rasanya nikmat dicampur
dengan rasa syukur kami bisa menemukan tuan rumah yang baik hati.
Perut yang tadinya kosong sudah terisi.
Saatnya bekerja, uhm mungkin lebih enak dikatakan membantu-bantu. Seusai makan
kami membantu mencuci piring serta menyapu rumah sederhana tersebut yang
lumayan berantakan. Setelah menyapu kami berdua melipat pakaian keluarga ibu
ida. Sambil melipat baju dan menonton tv kami bertiga memulai perbincangan.
Tentang dari mana asal kami, tentang keluarga kami, tentang sekolah kami,
tentang keluarga ibu ida dan pak rahmat, tentang warung nasi bu ida dan
anak-anaknya. Perbincangan yang singkat namun padat. Tidak terlalu lama kami
melipat baju pak rahmat mengajak kami untuk berjualan. Pak rahmat mengajak kami
berjualan terompet tahun baru. Aku baru sadar bahwa sebentar lagi perhantian
tahun akan tiba, tapi seketika bu ida langsung menyeletuk dan menyuruh kami
untuk beristirahat dahulu. Awalnya kami hanya duduk-duduk di ruang tv di rumah
itu, namun bu ida menyuruh kami untuk masuk ke dalam kamar, katanya sih agar
kami bisa merenggangkan punggung kami. Di dalam pikiranku sih kalo sudah di
kamar dan bertemu kasur pasti bawaannya ingin tidur. Benar saja aku dan cepi
tertidur cukup lelap sekitar 2 jam. Aku langsung bangun dan membangunkan cepi
namun ia belum terbangun juga. Segera aku menuju kamar mandi untuk mengambil
wudhu untuk sholat ashar karena waktu kira-kira sudah menujukan jam setengah 5
sore. Setelah sholat aku kembali membangunkan cepi agar sesegera mungkin aku
dan cepi bisa membantu pak rahmat untuk berjualan terompet. Kami pun berpamitan
dengan bu ida dan memberikan aku dan cepi uang 5000 untuk jajan katanya, tak
ada niat di otak kami berdua untuk jajan. Aku dan cepi diantar oleh anak ke
3nya bu ida.
Gadis kecil berambut ikal tersebut kelas 3 sd aku lupa siapa namanya, ia berjalan
dengan santai sambil kami mengikuti dibelakangnya menyusuri gang kecil dengan
tanah yang basah seusai hujan rintik ketika kami berdua tertidur tadi. Akhirnya
kami sampai juga di tempat jualan pak rahmat. Tidak terlalu jauh dari rumah bu
ida. Entah apa nama tempat itu, aku lebih senang menyebutnya alun-alun karena
itu tepat berada di dekat jalan utama kota itu tepat berada di jalan by pass
cianjur. Di tempat itu sedang ada pasar malam uhm bukan pasar malam tapi
sejenis permainan-permaina seperti rumah hantu, bianglala mini, kora-kora
alakadarnya, kereta-keretaan mini dan sebaginya. Sore itu tidak terlalu ramai.
Hanya anak-anak kecil yang berlalu-lalang tak karuan. Aku hingga azan magrib
berkumandang pak rahmat langsung bergegas menuju musholah yang berada di tempat
kami berjualan. Hingga saat ia kembali masih belum ada terompet yang terjual.
Beberapa waktu berselang sampai seorang gadis remaja menghampiri aku, cepi, pak
rahmat dan anak bungsu bu ida yang masih berumur 3.5 tahun. Gadis itu adalah
anak pertama bu ida panggil saja ia wawa. Gadis remaja itu adalah anaknya yang
bu ida ceritakan tadi di rumahnya. Ia menyuruh diriku pulang untuk sholat
magrib. Aku mengikutinya dan cepi tetap tinggal di tempat untuk menemani pak rahmat
dan adik kecil berjualan. Wawa anak pertama bu ida kelas 3 smp dan akan segera
beranjak ke bangku sma. Gadis bertubuh tegap sekel itu menuntunku menuju rumah.
Aku segera sholat magrib. Seusai sholat
magrib bu ida menyuruh ku untuk mandi dan mengganti baju. Badanku memang sudah
lengket tak karuan terlebih malam sebelumnya aku dan teman-teman MPCA lainnya
membuat api. Segera aku mandi kemudian mengganti baju dengan pakaian bersih
milik wawa yang muat dengan ku. Bu ida juga bilang kepada ku untuk menyuci baju
kotor ku dan langsung mengeringkannya di mesin cuci sehingga esok pagi bisa
dipakai lagi. Setelah itu aku kembali ketempat pak rahmat diantar anak gadis
kedua bu ida. Wanita baik itu memiliki empat orang anak 3 perempuan dan yang
bungsu si adik lelaki kecil yang pintar. Saat aku sampai di tempat pak rahmat
anak pertama, ketiga, keempat dan pak rahmat sedang membuat terompet. Cepi saat
itu hanya melihatnya karena dia membisikan ku bahwa ia tak bisa mebuatnya. Muka
cepi juga sudah terlihat lelah. Aku coba untuk membantu membuat terompet dengan
bahan-bahan yang sederhana akhirnya aku berhasil membuat terompet untuk tahun
baru. Mungkin belum ada terompet yang terjual tapi anggap saja terompet yang ku
buat ini sebagi stok untuk nanti. Hari makin malam, pak rahmat menyuruh aku dan
cepi ke warung nasi bu ida untuk bantu-bantu. Cepi yang belum mandi disuruh
kembali ke rumah bu ida untuk mandi. Aku menunggu cepi di warung kopi eni,
warung kopi ibunya pak rahmat yang tepat berada disebelah warung nasi bu ida. Warung
kecil yang berantakan tak terawat yang saat itu kosong tak ada yang menunggu.
Hingga saat cepi datang aku kembali ke warung nasi bu ida untuk mencuci piring
yang sudah menumpuk menunggu kami untuk dibersihkan. Sekejab piring-piring
tersebut disulat menjadi bersih oleh kami berdua. Kami membagi tugas, aku
ditugaskan di warung kopi eni dan cepi di warung nasi bu ida. Aku menunggu di
warung kopi eni, pak rahmat menyuruh ku membuat kopi untuknya hitung-hitung
latihan jika ada yang nanti membeli kopi. Aku menunggu cukup larut dikarenakan
eni dan pak rahmat sedang berbelanja jajanan kelontong dipasar malam itu ya
belanja malam-malam.
Sejam berlalu, hingga cepi menghampirku untuk
menemaniku karena warung nasi bu ida telah tutup. Kami sempat terlelap tak
jelas di bangku panjang menunggu pak rahmat dan eni datang. Sekitar jam 11
malam pak rahmat dan eni datang. Eni wanita tua itu adalah ibunya pak rahmat ia
membuka warkop tersebut 24 jam dia tidak tinggal di warkop kecil tersebut tapi
ia tidur di warkop tersebut. Namun apalah daya kami, andai kami mempunyai
kekuatan lebih untuk tidak tidur hingga pagi tapi mata tak dapat berbohong.
Kami berdua segera kembali ke rumah bu ida. Sesampainya disana kami tidur.
Dengan nyamannya di kamar kecil berukuran 3x3 meter. Udara sejuk menghantarkan
kami ke alam bawah sadar kami dengan cepat.
Pagi tanggal 14 desember 2014 hari kedua kami
di cianjur. Jam setengah 6 kurang aku terbangun kemudian menuju wc namun bu ida
sedang mandi di dalamnya. Aku kembali ke kamar dan ngulet di atas kasur di
sebelah cepi yang masih terlelap. Bu ida yang baru selesai mandi langsung
membangunkan ku, ia kira aku belum bangun. Ia menyuruh ku untuk sholat subuh.
Seusai sholat subuh aku membangunkan cepi untuk segera membantu bu ida
menyiapkan makanan untuk di jual. Aku kebagian memilah-milah tomat dan cepi
mencuci piring. Setelah memilah-milah tomata aku disuruh bu ida ke jalanan by
pass untuk membantu pak rahmat menjual terompet. Hari itu hari minggu, sedang
ada car free day di kota itu. Hilir mudik masyarakat cianjur berjalan-jalan
engan dress kode olahraga andalan mereka. Terompet yang kemarin sama sekali tak
ada yang melirik akhirnya terjual satu persatu walau tak semuanya habis. Sekali
lagi pak rahmat menuruh ku membantu bu ida untuk membuka warnasnya bersama
cepi. Cepi menceritakan apa saja yang ia lakukan di rumah bu ida saat aku
menjual trompet. Ia menceritakan ia sudah mebuat sambal, membersihkan ayam
hingga jarinya teriris pisau. Saat aku ke warnasnya bu ida dan cepi memang sudah
menyelesai semuanya. Sehingga bu ida menyuruhku untuk menjaga warkop eni yang
sedang belanja (lagi) ke pasar. Di jalanan itu sangat ramai karena efek car
free day. Ada beberapa pelanggan yang membeli rokok dan kopi seduh. Dan hingga
saat eni datang dari pasar. Ia segera membuat gorengan, ia sempat menanyai ku
apa aku sudah makan atau belum. Aku bilang aku belum lapar tapi eni malah
membeli 3 perkedel untuk aku dan dia makan namun aku menolak karena memang aku
belum lapar.
Sudah hampir jam 8, aku langsung memberi kode
kepada cepi yang sedang berada di warnas dari warkop eni untuk meng-sms nomor
yang kami hafalkan kemarin. Cepi meminjam hp pegawai warnas bu ida. Aku masih
duduk di dalam warkop eni. Hingga cepi memanggilku dan menujukkan sms
balasannya. Isi smsnya menginstruksikan kami untuk berkumpul di taman koleksi
sebelah botani square kampus pascasarjana IPB Baranangsiang. Aku tersenyum saat
itu, entah apa kami bisa membayar ongkos atau tidak. Kami berdua memutuskan
terus bekerja ditempat itu hingga jam 11 an. Aku masih berada di dalam warkop
bersama enin, ruangan kecil yang pengap dengan sampah-sampah bungkus kopi dan
mie instan yang berserakkan. Aku sempat membersihkan serakkan sampah tersebut
serta merapihkan susunan kopi, mie, dan sebagainya. Eni nenek tua ini tidur di
tempat kecil ini. Tak sangka ia sangat kuat untuk tetap bertahan di tempat itu.
Ia memberitahu ku harga-harga rokok perbatangnya dan sebungkusnya. Rokok benar
rokok, barang paling laris di warkop ini selain kopi. Lama waktu berlalu aku
menyempatkan diri untuk mencuci piring yang berada di warkop eni yang sudah
numpuk berhari-hari di sudut ruangan sempit itu. Setelah mencuci semua piring
aku memutuskan untuk menjaga warung nasi bu ida. Saat itu cepi sedang tidak ada
di sana, ia sedang membantu-bantu di rumah bu ida. Aku membantu pegawai bu ida
yang juga masih kerabat dekat bu ida. Aku membantunya menyajikan ayam bakar
mengantarkan pesanan, membersihkan meja dan mencuci piring. Aku lakukan
kegiatan itu berulang kali hingga ada dua orang ibu-ibu memesan ayam bakar
cukup banyak untuk sebuah acara yang membuat dagangan ayam bakar bu ida cepat
habis. Sekitar jam 11 an cepi kembali menemaniku ke warnas bu ida dan
membantuku mencuci piring ia mengatakan kepadaku bahwa kita harus segera
pulang. Sekitar jam setengah 12 aku dan cepi mencoba pamit kepada pegawai bu
ida setelah membantunya membersihkan warnas bu ida. Di rumah bu ida kami berdua
kembali bersih-bersih sebelumnya cepi mandi terlebih dahulu karena kami berdua belum
mandi sejak pagi. Sambil menunggu cepi mandi aku mencuci piring lagi dirumah bu
ida dan menyapu dapur dan ruangan di rumah bu ida yang memang sangat kotor.
Cepi akhirnya selesai mandi dan aku segera
bergegas mandi. Baju yang ku cuci kemarin sudah kering dan bersih. Seusai mandi
aku langsung melaksanakan sholat dzuhur. Sebelum mandi tadi pak rahmat malah
berpamitan kepadaku karena ia ingin pergi. Setalah itu aku dan cepi berpamitan
kepada bu ida, tak lupa kami meminta nomor telepon serta alamat bu ida
setidaknya suatu saat nanti kami akan membalas kebaikan keluarga pak rahmat dan
bu ida. Kami bedua di gaji sebanyak 60000 untuk pekerjaaan kami di warnas bu
ida dan di rumahnya. tak habis lagi kebaikan bu ida yang memberikan kami bekal
dengan sangat banyak beserta minumnya, dia juga memberikan kami alas kaki dan
juga memberikan ku kerudung yang melindungi rambutku semalaman tadi. Kemudian
kami benar-benar pamitan kepada keluarga bu ida di rumah. Rencananya kami akan
di antar oleh pegawai bu ida ke by pass untuk naik mobil kol menuju
baranangsiang. Tak lupa kami berpamitan dengan eni yang sedang menjaga
warkopnya. Eni juga memberikan kami gaji sebesar 10000. Mungkin tak banyak
namun saat itu kami sadar bahwa itu sangat berarti. Kami mengantongi uang
75000. Kami bertukaran nomor hp dengan eni dan pegawai warnas bu ida. Kami tak
ingin perjumpaan kami dengan keluarga bu ida dan pak rahmat berakhir begitu
saja. Sesampainya di by pass kami langsung naik mobil kol dengan ongkos 25000
per orang sehingga uang yang tersisa adalah 25000.
Sepanjang jalan aku dan menikmati perjalanan
dengan hamparan bukit dikanan kiri. Kami tak ingin melewatkan kesempatan ini
karena saat berangkat ke cianjur kami tak melihat apa-apa. Selang beberapa
menit akhirnya aku dan cepi terlelap aku sempat bangun di cipanas yang sedang ramai karena kunjungan Jokowi ke
istana cipanas. Serta macetnya jalanan puncak karena system buka tutup di
weekend itu. Dua jam berlalu akhirnya ku dan cepi sampai di baranangsiang
dengan selamat. Sesegera mungkin kami berdua menuju taman koleksi yang awalnya
kami lupa nama tempatnya. Kami menuju arah kampus pascasarjana dan dari arah
taman ada yang memanggil nama kami berdua yang ternyata itu enin kami langsung berlari
menghampirinya. Sekitar jam setengah 4an, teman-teman yang sudah sampai
terlebih dahulu sedang sholat dan aku segera menyusul mereka. Setelah kami
semua sholat dan memakai sepatu. Aku dan teman-teman MPCA ku selain tukai,
cedong dan ciba yang memang belum datang diinstruksikan berbaris oleh kakak
senior. Kami disuruh untuk membayar hutang telat 5 menit kami dengan
membersihkan taman koleksi yang penuh dengan sampah berserakan. Setelah selesai
kami semua diinstruksikan untuk berjalan dari kampus pascasarajana IPB
Baranagsiang menuju kampus IPB Dramaga. Tak heran memang sudah terpikir dibenak
kami semua bahwa kami akan di instruksikan untuk berjalan pulang.
Kami meninggalkan ciba, cedong dan tukai.
Kami awali perjalanan itu dengan senang dan semangat dengan mengantongi
pengalaman yang tak terlupakan. Di sepanjang perjalanan sempat kami melihat ka
aji dan ka daus berjaga di pinggir jalan. Di tengah perjalanan rendra dan
tulang memisahkan diri dikarenakan katanya teman-teman ka daus bilang ada
cedong dan tukai di belakang, aku kurang tau jelasnya. Namun, aku dan yang lain
terus berjalan dan terus berjalan. Cukup lama bagi kami semua sampai. Jangankan
untuk melihat kampus, bagi ku pribadi patokan ku adalah terminal laladon.
Setelah terminal laladon terlewati semangat ku semakin naik untuk sampai di
kampus. Di sepajang perjalanan kami sempat meminum air untuk melepas dahaga.
Sekitar 2 jam akhirnya kami semua sampai di sekret. Kami sampai di sekeret
tanpa tulang, rendra, ciba, cedong dan tukai. Kami memutuskan untuk meminta
izin untuk sholat ashar dulu sambil menunggu yang lain datang. Saat kami
selesai sholat tukai, cedong, rendra dan tulang akhirnya tiba. Tinggal ciba
yang belum datang. Ciba di lepas oleh kakak senior di sekitar Jakarta selatan
dimalam hari sendirian. Firasat gowes dan unyil adalah dia lupa nomor yang
seharusnya ia hafalkan. Kami diperintahkan untuk mencari solusi untuk membuat
ciba kembali.
Waktu magrib pun tiba, kami memutuskan untuk
sholat magrib dan kembali mencari solusi agar ciba segera kembali. Cewed dan
combros mencoba mencari informasi keberadaan ciba dengan pergi kerumahnya
barang kali ciba menghubungi orang tuanya, namun nihil. Sekitar jam 7an malam
kami di instruksikan untuk memasak makan malam sambil masih memikirkan
solusinya. Kami memasak nasi liwet instan yang cedong dan tukai bawa serta
tumis kangkung tempe dan juga telur goreng yang sederhana namun nikmat. Setelah
kami semua makan, ciba masih belum kembali. Namun, kami dipanggil oleh kakak
senior. Kami dikumpulkan di saung untuk sekedar sharing pengalaman yang telah
kami dapatkan. Di tengah-tengah sharing akhirnya ciba datang dan kami pun lega
setidaknya dia masih tetap segar bugar ehehe dan benar saja dia lupa nomor
teleponnya. Kami terus-menerus sharing hingga semuanya kebagian bercerita.
Semua pengalaman yang berbeda-beda dari yang paling sangat beruntung dan susah
mencari pekerjaan. Tapi yang pasti pengalaman yang kami dapatkan semuanya
sangat berkesan, tak dapat terlupakan akan kebaikan orang-orang yang kami temui
dan menolong kami, dan menyadarkan kami semua untuk menghargai hidup serta
mengerti sulitnya mencari pekerjaan dan kerja. Semoga pengalaman ini akan
selalu berguna untuk kehidupan kami kedepannya untuk menjadi orang-orang yang
lebih baik.
0 comments:
Post a Comment