i learn to fly higher than ever

Saturday, December 20, 2014

Survival Kota


 

Tersa

Tanggal 13 desember 2014 tepat hari sabtu. Temanku, beler membangunkan ku yang semalaman terlelap di lapangan tenis sebelah pkm. Aku dan yang lain memang tidur disana karena pkm semalam dipakai oleh ukm lain. Tidur ku cukup nyenyak setelah bangun aku dan yang lain langsung bergegas menuju ke al-hurriyah untuk melaksanakan kewajiban solat subuh. Seusai solat subuh aku dan beberapa teman ku kembali menuju lapangan tenis dan teman-teman yang sebelumnya memang sudah ada disana memberi tahu aku yang baru datang untuk mengambil foto. Yah foto, aku dan yang lain menduga-duga untuk apa foto? Kami semua kepo gitu dan ada yang nyeletuk katanya untuk kalo kita hilang bisa dicari pake foto itu. Aku tak tau itu benar atau tidak. Seusai kami semua berfoto ka Aji datang dan membagi kami menjadi 2 kelompok. Aku, combros, upi, diyah, tukai, boting, cedong, enin dan cepi berada di mobil putih dan sisanya dimobil hitam. Sebelum berangkat kami makan biscuit untuk mengganjal perut kami semua. Tak berapa lama kami di intruksikan untuk masuk kedalam mobil. Di bagian belakang mobil yang aku naiki ada combros, boting, upi, dan cepi; bagian tengah ada tukai, diyah, aku, aisyah, dan cedong. Sekitaran jam 6 lewat sedikit kami berangkat dari sekret.


Kami semua senang lapangan kali ini karena awalnya kami pikir kami akan pergi ke kota yah kota bukan hutan seperti biasanya ehehe. Combros, boting, upi dan cepi dari sisi belakang mereka semua bernyanyi meningikuti lantunan music dari radio. Ka Aji memberi kami 2 lembar kertas kecil berisikan nomor hp dan menyuruh kami untuk menghafalkannya sepanjang perjalanan. Tak berapa lama saat kami ingin masuk pintu tol, kami semua diinstruksikan untuk menutup mata kami dengan syal kami. Kami kebingungan, kami seperti diculik. Perjalanan yang kami lalui cukup lama karena sepertinya jalan yang kami lalui macet. Aku sempat melihat jalanan saat diyah turun dari mobil untuk buang air kecil. Yah, aku mengenal jalan tersebut jalan yang biasanya aku lalui saat ingin menuju puncak. Jalan tersebut sangat padat dan tak ada kendaraan yang bisa jalan. Tak lama aku pun terlelap hingga disaat aku tersadar mobil yang kami naiki dimatikan dan aku merasa kepanasan di dalam mobil. Selang beberapa waktu akhirnya mobil yang kami naiki jalan. Sempat mobil yang kami naiki berhenti sebentar karena jendela disisi kiri ku yaitu dekat sisi kiri cedong tidak bisa ditutup. Setelah itu kami semua melanjutkan perjalanan, aku kembali tertidur karena tak banyak yang bisa aku lakukan. Hingga disaat mobil yang kami naiki berhenti di SPBU. Aku pun kembali tersadar dan mendengar suara yang berasal dari radio yang menyatakan keberadaan ku ada disekitaran puncak-cianjur. Hingga disaat ka Bergas dan ka Aji menanyakan kami apakah kami ingin buang air kecil. Jawabannya adalah iya, aku dan teman-teman wanita di dalam mobil itu pun langsung bergegas keluar dan mencari WC. Di ujung dari WC tersebut ada seorang pria yang menunggu bayaran dari setiap orang yang menggunakan WC tersebut. Apa yang bisa kami lakukan, kami sama sekali tak memegang uang se perak pun. Kami pun memutuskan setelah buang air kecil untuk kabuuuuuur! Hehehe. Pemandangan disekitaran SPBU tersebut sangat indah terutama di dekat WC tadi ada sungai dan hamparan sawah-sawah dengan background gunung yang menjulang tinggi.

Setelah itu aku dan yang lain kembali masuk ke mobil, sebelum masuk kedalam mobil aku sempat melihat mobil angkot dengan bacaan cipanas-cianjur. Ku catata arah tujuan angkot itu sebagai navigasi ku, setidaknya aku tau aku berada disekitaran mana. Telah naik kami semua kembali menutup mata dan melanjutkan perjalan. Aku sempat kembali tertidur lagi sebentar dan bangun saat mobil berhenti dan saat cedong dan tukai di keluarkan dari mobil entah apa yang mereka lakukan dan mobil kembali melanjutkan perjalanan tanpa mereka. Yang ada dibenak ku saat itu aku akan bersama siapa saat diturunkan. Sedikit takut karena memang aku tidak tau dimana sebenarnya aku berada. Tidak lama mobil melaju, mobil yang aku naiki berhenti kembali dan menurunkan enin dan boting. Mobil kembali bergerak dan akhirnya giliran ku untuk turun. Partner untuk lapanganku kali ini adalah cepi. Saat aku dan cepi diturunkan ka Aji menyuruh kami untuk mengambil tas dan melepas sepatu kami kemudian memasukannya kedalam tas. Saat itu ka Aji hanya menahan tawa dan aku sendiri bingung… ka Aji hanya bilang kepada aku dan cepi untuk mencari uang min 20000 dan besok pagi jam 8 menghubungin nomor hp yang sebelumnya kami hafalkan.

Aku dan cepi ditinggalkan di tepi jalan yang kami berdua tidak tau dimana itu. Aku awalnya hanya tertawa bingung sambil berjalan berdua bersama cepi. Tak jauh dari tempat kami diturunkan ada warung kelontong kecil dan kami memutuskan untuk duduk di warung itu sebentar. Ibu pemilik warung awalnya menanyakan apa yang sebenarnya kami lakukan dengan kaki tanpa alas. Kami menceritakan bahwa kami sedang pelatihan mahasiswa baru dan ibu itu hanya iya iya saja. Padahal aku yakin ia tak mengerti. Saat itu pula ibu itu menawari kami minuman ale-ale. Yah apa daya kami tak bisa menolak rezeki yang sudah datang. Kami juga menanyakan daerah apa ini, dimana pusat kota, dimana tempat yang mudah untuk mencari kerja dan sebagainya. Akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Tak jauh dari warung ibu itu ada gedung serba guna dan masjid. Di gedung tersebut sedang ada acara pernikahan yang terbesit dipikiranku dan cepi adalah mencari kerja disana. Entah menbantu-bantu apa asalkan bisa menghasilkan uang. Sebelum kami ke gedung tersebut kami mampir dulu ke masjid di depan gedung tersebut untuk solat zuhur. Setelah solat kami langsung menuju area gedung tersebut namum ragu dan bingung dan akhirnya kami berdua memutuskan untuk tidak mencari pekerjaan disana.

Kami kembali berjalan menuju arah pusat kota. Sambil berpikir apa yang harus kami berdua lakukan. Cara paling gampang terbesit dibenakku adalah mengamen. Tapi apalah daya ku aku tak handal dalam hal itu begitu pula cepi. Kami terus berjalan hingga perempatan by pass. Kami mengambil arah lurus terus dari hypermart melewati kantor samsat cianjur. Kami masuk kepemukiman warga dengan niat awal menawarkan jasa bersih-bersih tapi dalam hatiku cukup sulit untuk seseorang mempercayai dan memperkejakan kami. Kami menghampirin warung-warung sepanjang jalan, tempat car wash, dan sebagainya namun hasilnya nihil. Kami memutuskan untuk kembali ke arah by pass. Kami kembali mampir ke semua warung di sepanjang jalan yang kami lalui dan tetap hasilnya nihil. Cepi sempat putus asa dan duduk di pinggiran trotoar. Aku sempat bingung karena dengan telanjang kaki saja sudah membuat kami menjadi tontonan orang-orang disekitar kami. Aku memaksa cepi dan melanjutkan perjalanan untuk mencari pekerjaan. Hingga disaat kami berdua menghampiri sebuah  toko bangunan dengan penjaga took yang super cantik dan seksi ya memang benar aku sempat bingung awalnya namun itu bukan urusan ku. Kami tetap menanyakan untuk dapat bekerja disana namun ia menolak kami mentah-mentah. Pengunjung toko saat itu memperhatikan kami dan melihat kami berdua diam. Kami memutuskan untuk pergi dari tempat tersebut dan kembali berusaha mencari pekerjaan. Tak lama ada seorang bapak-bapak yang mengejar kami dan menawarkan kami pekerjaan jangka lama. Bapak itu adalah pengunjung toko bangunan tadi. Namun sayang pekerjaan yang ia tawarkan tidak sesuai dengan yang kami butuhkan. Kemudian kami kembali berjalan dan tak lama bapak itu kembali mengejar kami dibonceng oleh sepeda motor dan menawarkan kami sekali lagi tentang bekerja di warung nasi adik dan warung kopi ibunya. Saat itu perasaan ku sangat bahagia tak karuan, boleh dikatakan lebay tapi aku serius sangat senang rasanya ada seseorang yang baru kami temui dan menawarkan kebaikan. Bapak itu memberi tahu alamat warung nasi adiknya yang tidak jauh dari tempat kami berada saat itu. Kami pergi ke warung nasi tersebut menyusul bapak tersebut yang telah pergi duluan setelah sampai di dekat hypermart kami sedikit bingung dimana lokasi warung tersebut. Kemudian adik bungsu yang membonceng bapak tersebut menghampiri kami dan menujukan kami warung nasinya.

Sesampainya kami di warung nasi tersebut kami disuguhi air teh hangat sambil menunggu pak rahmat yah itu nama bapak-bapak asing itu. Tak lama bapak itu menghampiri aku dan cepi dan menyuruh kami mengikutinya menuju rumah adik perempuannya melalui gang kecil yang mengingatkan ku dengan gang-gang yang ada di bara hehe. Kami menuju rumah bu ida yah itu nama wanita yang sudah menyambut kami dengan ramahnya. Rumah sederhana yang memiliki warung nasi kecil di depan rumahnya, kami masuk melalui pintu belakang sekalian mencuci kaki kami yang kotor. Bu ida langsung menanyakan kenapa kami bertelanjang kaki. Aku dan cepi hanya tersenyum bingung ingin menjawab apa. Dengan bingungnya kami berdua ibu ida dan pak rahmat langsung menawarkan kami makan. Benar makanan memang yang kami butuhkan. Terlebih lagi cepi yang sejak jalan mencari kerja sudah mengeluh merasa lemas karena belum makan nasi dari pagi. Makannya sederhana namun rasanya nikmat dicampur dengan rasa syukur kami bisa menemukan tuan rumah yang baik hati.

Perut yang tadinya kosong sudah terisi. Saatnya bekerja, uhm mungkin lebih enak dikatakan membantu-bantu. Seusai makan kami membantu mencuci piring serta menyapu rumah sederhana tersebut yang lumayan berantakan. Setelah menyapu kami berdua melipat pakaian keluarga ibu ida. Sambil melipat baju dan menonton tv kami bertiga memulai perbincangan. Tentang dari mana asal kami, tentang keluarga kami, tentang sekolah kami, tentang keluarga ibu ida dan pak rahmat, tentang warung nasi bu ida dan anak-anaknya. Perbincangan yang singkat namun padat. Tidak terlalu lama kami melipat baju pak rahmat mengajak kami untuk berjualan. Pak rahmat mengajak kami berjualan terompet tahun baru. Aku baru sadar bahwa sebentar lagi perhantian tahun akan tiba, tapi seketika bu ida langsung menyeletuk dan menyuruh kami untuk beristirahat dahulu. Awalnya kami hanya duduk-duduk di ruang tv di rumah itu, namun bu ida menyuruh kami untuk masuk ke dalam kamar, katanya sih agar kami bisa merenggangkan punggung kami. Di dalam pikiranku sih kalo sudah di kamar dan bertemu kasur pasti bawaannya ingin tidur. Benar saja aku dan cepi tertidur cukup lelap sekitar 2 jam. Aku langsung bangun dan membangunkan cepi namun ia belum terbangun juga. Segera aku menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu untuk sholat ashar karena waktu kira-kira sudah menujukan jam setengah 5 sore. Setelah sholat aku kembali membangunkan cepi agar sesegera mungkin aku dan cepi bisa membantu pak rahmat untuk berjualan terompet. Kami pun berpamitan dengan bu ida dan memberikan aku dan cepi uang 5000 untuk jajan katanya, tak ada niat di otak kami berdua untuk jajan. Aku dan cepi diantar oleh anak ke 3nya bu ida.

Gadis kecil berambut ikal tersebut  kelas 3 sd aku lupa siapa namanya, ia berjalan dengan santai sambil kami mengikuti dibelakangnya menyusuri gang kecil dengan tanah yang basah seusai hujan rintik ketika kami berdua tertidur tadi. Akhirnya kami sampai juga di tempat jualan pak rahmat. Tidak terlalu jauh dari rumah bu ida. Entah apa nama tempat itu, aku lebih senang menyebutnya alun-alun karena itu tepat berada di dekat jalan utama kota itu tepat berada di jalan by pass cianjur. Di tempat itu sedang ada pasar malam uhm bukan pasar malam tapi sejenis permainan-permaina seperti rumah hantu, bianglala mini, kora-kora alakadarnya, kereta-keretaan mini dan sebaginya. Sore itu tidak terlalu ramai. Hanya anak-anak kecil yang berlalu-lalang tak karuan. Aku hingga azan magrib berkumandang pak rahmat langsung bergegas menuju musholah yang berada di tempat kami berjualan. Hingga saat ia kembali masih belum ada terompet yang terjual. Beberapa waktu berselang sampai seorang gadis remaja menghampiri aku, cepi, pak rahmat dan anak bungsu bu ida yang masih berumur 3.5 tahun. Gadis itu adalah anak pertama bu ida panggil saja ia wawa. Gadis remaja itu adalah anaknya yang bu ida ceritakan tadi di rumahnya. Ia menyuruh diriku pulang untuk sholat magrib. Aku mengikutinya dan cepi tetap tinggal di tempat untuk menemani pak rahmat dan adik kecil berjualan. Wawa anak pertama bu ida kelas 3 smp dan akan segera beranjak ke bangku sma. Gadis bertubuh tegap sekel itu menuntunku menuju rumah.

Aku segera sholat magrib. Seusai sholat magrib bu ida menyuruh ku untuk mandi dan mengganti baju. Badanku memang sudah lengket tak karuan terlebih malam sebelumnya aku dan teman-teman MPCA lainnya membuat api. Segera aku mandi kemudian mengganti baju dengan pakaian bersih milik wawa yang muat dengan ku. Bu ida juga bilang kepada ku untuk menyuci baju kotor ku dan langsung mengeringkannya di mesin cuci sehingga esok pagi bisa dipakai lagi. Setelah itu aku kembali ketempat pak rahmat diantar anak gadis kedua bu ida. Wanita baik itu memiliki empat orang anak 3 perempuan dan yang bungsu si adik lelaki kecil yang pintar. Saat aku sampai di tempat pak rahmat anak pertama, ketiga, keempat dan pak rahmat sedang membuat terompet. Cepi saat itu hanya melihatnya karena dia membisikan ku bahwa ia tak bisa mebuatnya. Muka cepi juga sudah terlihat lelah. Aku coba untuk membantu membuat terompet dengan bahan-bahan yang sederhana akhirnya aku berhasil membuat terompet untuk tahun baru. Mungkin belum ada terompet yang terjual tapi anggap saja terompet yang ku buat ini sebagi stok untuk nanti. Hari makin malam, pak rahmat menyuruh aku dan cepi ke warung nasi bu ida untuk bantu-bantu. Cepi yang belum mandi disuruh kembali ke rumah bu ida untuk mandi. Aku menunggu cepi di warung kopi eni, warung kopi ibunya pak rahmat yang tepat berada disebelah warung nasi bu ida. Warung kecil yang berantakan tak terawat yang saat itu kosong tak ada yang menunggu. Hingga saat cepi datang aku kembali ke warung nasi bu ida untuk mencuci piring yang sudah menumpuk menunggu kami untuk dibersihkan. Sekejab piring-piring tersebut disulat menjadi bersih oleh kami berdua. Kami membagi tugas, aku ditugaskan di warung kopi eni dan cepi di warung nasi bu ida. Aku menunggu di warung kopi eni, pak rahmat menyuruh ku membuat kopi untuknya hitung-hitung latihan jika ada yang nanti membeli kopi. Aku menunggu cukup larut dikarenakan eni dan pak rahmat sedang berbelanja jajanan kelontong dipasar malam itu ya belanja malam-malam.

Sejam berlalu, hingga cepi menghampirku untuk menemaniku karena warung nasi bu ida telah tutup. Kami sempat terlelap tak jelas di bangku panjang menunggu pak rahmat dan eni datang. Sekitar jam 11 malam pak rahmat dan eni datang. Eni wanita tua itu adalah ibunya pak rahmat ia membuka warkop tersebut 24 jam dia tidak tinggal di warkop kecil tersebut tapi ia tidur di warkop tersebut. Namun apalah daya kami, andai kami mempunyai kekuatan lebih untuk tidak tidur hingga pagi tapi mata tak dapat berbohong. Kami berdua segera kembali ke rumah bu ida. Sesampainya disana kami tidur. Dengan nyamannya di kamar kecil berukuran 3x3 meter. Udara sejuk menghantarkan kami ke alam bawah sadar kami dengan cepat.

Pagi tanggal 14 desember 2014 hari kedua kami di cianjur. Jam setengah 6 kurang aku terbangun kemudian menuju wc namun bu ida sedang mandi di dalamnya. Aku kembali ke kamar dan ngulet di atas kasur di sebelah cepi yang masih terlelap. Bu ida yang baru selesai mandi langsung membangunkan ku, ia kira aku belum bangun. Ia menyuruh ku untuk sholat subuh. Seusai sholat subuh aku membangunkan cepi untuk segera membantu bu ida menyiapkan makanan untuk di jual. Aku kebagian memilah-milah tomat dan cepi mencuci piring. Setelah memilah-milah tomata aku disuruh bu ida ke jalanan by pass untuk membantu pak rahmat menjual terompet. Hari itu hari minggu, sedang ada car free day di kota itu. Hilir mudik masyarakat cianjur berjalan-jalan engan dress kode olahraga andalan mereka. Terompet yang kemarin sama sekali tak ada yang melirik akhirnya terjual satu persatu walau tak semuanya habis. Sekali lagi pak rahmat menuruh ku membantu bu ida untuk membuka warnasnya bersama cepi. Cepi menceritakan apa saja yang ia lakukan di rumah bu ida saat aku menjual trompet. Ia menceritakan ia sudah mebuat sambal, membersihkan ayam hingga jarinya teriris pisau. Saat aku ke warnasnya bu ida dan cepi memang sudah menyelesai semuanya. Sehingga bu ida menyuruhku untuk menjaga warkop eni yang sedang belanja (lagi) ke pasar. Di jalanan itu sangat ramai karena efek car free day. Ada beberapa pelanggan yang membeli rokok dan kopi seduh. Dan hingga saat eni datang dari pasar. Ia segera membuat gorengan, ia sempat menanyai ku apa aku sudah makan atau belum. Aku bilang aku belum lapar tapi eni malah membeli 3 perkedel untuk aku dan dia makan namun aku menolak karena memang aku belum lapar.

Sudah hampir jam 8, aku langsung memberi kode kepada cepi yang sedang berada di warnas dari warkop eni untuk meng-sms nomor yang kami hafalkan kemarin. Cepi meminjam hp pegawai warnas bu ida. Aku masih duduk di dalam warkop eni. Hingga cepi memanggilku dan menujukkan sms balasannya. Isi smsnya menginstruksikan kami untuk berkumpul di taman koleksi sebelah botani square kampus pascasarjana IPB Baranangsiang. Aku tersenyum saat itu, entah apa kami bisa membayar ongkos atau tidak. Kami berdua memutuskan terus bekerja ditempat itu hingga jam 11 an. Aku masih berada di dalam warkop bersama enin, ruangan kecil yang pengap dengan sampah-sampah bungkus kopi dan mie instan yang berserakkan. Aku sempat membersihkan serakkan sampah tersebut serta merapihkan susunan kopi, mie, dan sebagainya. Eni nenek tua ini tidur di tempat kecil ini. Tak sangka ia sangat kuat untuk tetap bertahan di tempat itu. Ia memberitahu ku harga-harga rokok perbatangnya dan sebungkusnya. Rokok benar rokok, barang paling laris di warkop ini selain kopi. Lama waktu berlalu aku menyempatkan diri untuk mencuci piring yang berada di warkop eni yang sudah numpuk berhari-hari di sudut ruangan sempit itu. Setelah mencuci semua piring aku memutuskan untuk menjaga warung nasi bu ida. Saat itu cepi sedang tidak ada di sana, ia sedang membantu-bantu di rumah bu ida. Aku membantu pegawai bu ida yang juga masih kerabat dekat bu ida. Aku membantunya menyajikan ayam bakar mengantarkan pesanan, membersihkan meja dan mencuci piring. Aku lakukan kegiatan itu berulang kali hingga ada dua orang ibu-ibu memesan ayam bakar cukup banyak untuk sebuah acara yang membuat dagangan ayam bakar bu ida cepat habis. Sekitar jam 11 an cepi kembali menemaniku ke warnas bu ida dan membantuku mencuci piring ia mengatakan kepadaku bahwa kita harus segera pulang. Sekitar jam setengah 12 aku dan cepi mencoba pamit kepada pegawai bu ida setelah membantunya membersihkan warnas bu ida. Di rumah bu ida kami berdua kembali bersih-bersih sebelumnya cepi mandi terlebih dahulu karena kami berdua belum mandi sejak pagi. Sambil menunggu cepi mandi aku mencuci piring lagi dirumah bu ida dan menyapu dapur dan ruangan di rumah bu ida yang memang sangat kotor.

Cepi akhirnya selesai mandi dan aku segera bergegas mandi. Baju yang ku cuci kemarin sudah kering dan bersih. Seusai mandi aku langsung melaksanakan sholat dzuhur. Sebelum mandi tadi pak rahmat malah berpamitan kepadaku karena ia ingin pergi. Setalah itu aku dan cepi berpamitan kepada bu ida, tak lupa kami meminta nomor telepon serta alamat bu ida setidaknya suatu saat nanti kami akan membalas kebaikan keluarga pak rahmat dan bu ida. Kami bedua di gaji sebanyak 60000 untuk pekerjaaan kami di warnas bu ida dan di rumahnya. tak habis lagi kebaikan bu ida yang memberikan kami bekal dengan sangat banyak beserta minumnya, dia juga memberikan kami alas kaki dan juga memberikan ku kerudung yang melindungi rambutku semalaman tadi. Kemudian kami benar-benar pamitan kepada keluarga bu ida di rumah. Rencananya kami akan di antar oleh pegawai bu ida ke by pass untuk naik mobil kol menuju baranangsiang. Tak lupa kami berpamitan dengan eni yang sedang menjaga warkopnya. Eni juga memberikan kami gaji sebesar 10000. Mungkin tak banyak namun saat itu kami sadar bahwa itu sangat berarti. Kami mengantongi uang 75000. Kami bertukaran nomor hp dengan eni dan pegawai warnas bu ida. Kami tak ingin perjumpaan kami dengan keluarga bu ida dan pak rahmat berakhir begitu saja. Sesampainya di by pass kami langsung naik mobil kol dengan ongkos 25000 per orang sehingga uang yang tersisa adalah 25000.

Sepanjang jalan aku dan menikmati perjalanan dengan hamparan bukit dikanan kiri. Kami tak ingin melewatkan kesempatan ini karena saat berangkat ke cianjur kami tak melihat apa-apa. Selang beberapa menit akhirnya aku dan cepi terlelap aku sempat bangun di cipanas  yang sedang ramai karena kunjungan Jokowi ke istana cipanas. Serta macetnya jalanan puncak karena system buka tutup di weekend itu. Dua jam berlalu akhirnya ku dan cepi sampai di baranangsiang dengan selamat. Sesegera mungkin kami berdua menuju taman koleksi yang awalnya kami lupa nama tempatnya. Kami menuju arah kampus pascasarjana dan dari arah taman ada yang memanggil nama kami berdua yang ternyata itu enin kami langsung berlari menghampirinya. Sekitar jam setengah 4an, teman-teman yang sudah sampai terlebih dahulu sedang sholat dan aku segera menyusul mereka. Setelah kami semua sholat dan memakai sepatu. Aku dan teman-teman MPCA ku selain tukai, cedong dan ciba yang memang belum datang diinstruksikan berbaris oleh kakak senior. Kami disuruh untuk membayar hutang telat 5 menit kami dengan membersihkan taman koleksi yang penuh dengan sampah berserakan. Setelah selesai kami semua diinstruksikan untuk berjalan dari kampus pascasarajana IPB Baranagsiang menuju kampus IPB Dramaga. Tak heran memang sudah terpikir dibenak kami semua bahwa kami akan di instruksikan untuk berjalan pulang.

Kami meninggalkan ciba, cedong dan tukai. Kami awali perjalanan itu dengan senang dan semangat dengan mengantongi pengalaman yang tak terlupakan. Di sepanjang perjalanan sempat kami melihat ka aji dan ka daus berjaga di pinggir jalan. Di tengah perjalanan rendra dan tulang memisahkan diri dikarenakan katanya teman-teman ka daus bilang ada cedong dan tukai di belakang, aku kurang tau jelasnya. Namun, aku dan yang lain terus berjalan dan terus berjalan. Cukup lama bagi kami semua sampai. Jangankan untuk melihat kampus, bagi ku pribadi patokan ku adalah terminal laladon. Setelah terminal laladon terlewati semangat ku semakin naik untuk sampai di kampus. Di sepajang perjalanan kami sempat meminum air untuk melepas dahaga. Sekitar 2 jam akhirnya kami semua sampai di sekret. Kami sampai di sekeret tanpa tulang, rendra, ciba, cedong dan tukai. Kami memutuskan untuk meminta izin untuk sholat ashar dulu sambil menunggu yang lain datang. Saat kami selesai sholat tukai, cedong, rendra dan tulang akhirnya tiba. Tinggal ciba yang belum datang. Ciba di lepas oleh kakak senior di sekitar Jakarta selatan dimalam hari sendirian. Firasat gowes dan unyil adalah dia lupa nomor yang seharusnya ia hafalkan. Kami diperintahkan untuk mencari solusi untuk membuat ciba kembali.

Waktu magrib pun tiba, kami memutuskan untuk sholat magrib dan kembali mencari solusi agar ciba segera kembali. Cewed dan combros mencoba mencari informasi keberadaan ciba dengan pergi kerumahnya barang kali ciba menghubungi orang tuanya, namun nihil. Sekitar jam 7an malam kami di instruksikan untuk memasak makan malam sambil masih memikirkan solusinya. Kami memasak nasi liwet instan yang cedong dan tukai bawa serta tumis kangkung tempe dan juga telur goreng yang sederhana namun nikmat. Setelah kami semua makan, ciba masih belum kembali. Namun, kami dipanggil oleh kakak senior. Kami dikumpulkan di saung untuk sekedar sharing pengalaman yang telah kami dapatkan. Di tengah-tengah sharing akhirnya ciba datang dan kami pun lega setidaknya dia masih tetap segar bugar ehehe dan benar saja dia lupa nomor teleponnya. Kami terus-menerus sharing hingga semuanya kebagian bercerita. Semua pengalaman yang berbeda-beda dari yang paling sangat beruntung dan susah mencari pekerjaan. Tapi yang pasti pengalaman yang kami dapatkan semuanya sangat berkesan, tak dapat terlupakan akan kebaikan orang-orang yang kami temui dan menolong kami, dan menyadarkan kami semua untuk menghargai hidup serta mengerti sulitnya mencari pekerjaan dan kerja. Semoga pengalaman ini akan selalu berguna untuk kehidupan kami kedepannya untuk menjadi orang-orang yang lebih baik.

 "Guru yang paling baik adalah pengalaman."




 SALAM LESTARI!

0 comments:

Post a Comment

Search This Blog

Powered by Blogger.

BTemplates.com

This blog belongs to Mutiara C Andani. '96. It filled with university's tasks, some randomness and a bunch of love.

Recent Posts

Pages - Menu

Persyaratan untuk Apply Visa Au Pair Belgia (Visa Type D)

Halo, aku ingin sharing persyaratan apply visa kedubes Belgia. Jadi akhir tahun 2020 aku sempat email kedubes Belgia kurang lebih kaya gin...